Khasiat kombucha
Pada
tahun [[1914]] [[Bacinskaja]] menyatakan bahwa minuman ini efektif untuk
kegiatan perut dan usus, khususnya pada bagian pembuangan. Ia menyarankan orang
meminum segelas kecil sebelum makan dan meningkatkan takarannya secara
berangsur-angsur untuk mendapatkan khasiat yang nyata dari minuman ini.
Professor S. [[Bazarewski]] mengemukakan dalam
suatu laporan di "Correspondence for the Association of Nature Researchers
in Riga" (1915) bahwa penduduk berbangsa [[Latvia]] di Provinsi [[Rusia]]
Baltic, yaitu di [[Livland]] dan [[Kurland]], mempunyai obat tradisional yang
bernama "Brinum Ssene", yang secara harfiah diterjemahkan sebagai
"Jamur Ajaib". Penduduk Latvia menggambarkan jamur ini sebagai
"kekuatan penyembuh yang ajaib untuk berbagai macam penyakit", sesuai
dengan uraian Bazarewski. Beberapa orang yang ditanyai Bazarewski menyatakan
bahwa jamur ini bisa menyembuhkan sakit kepala, tetapi yang lain juga
menyatakan kepadanya bahwa "jamur ini sangat berguna dalam menyembuhkan
berbagai macam penyakit".
Dari beberapa penelitian, ditemukan bahwa
kombucha sangat baik untuk:
* Mengobati [[sembelit]]
* Memperbaiki kondisi
tubuh
* Bermanfaat melawan
[[arteriosclerosis]]
* Memulihkan fungsi alat
[[pencernaan]]
* Bermanfaat bagi
penderita stres mental
* Menawarkan [[racun]]
* Membunuh [[kanker]]ombucha
Cara kerja kombucha
Dalam banyak laporan tertulis di berbagai lembaga maupun pengalaman
perorangan, tak sedikit kesaksian yang meyakinkan muncul. Hal ini dapat
dijelaskan dengan memahami bahwa kombucha tidaklah khusus membidik organ tubuh
tertentu, namun mempengaruhi tubuh secara menyeluruh, dengan menstabilkan
[[metabolisme]] tubuh dan menawarkan racun dengan asam glukuronat. Hal ini
menyebabkan peningkatan kapasitas pertahanan endogenis tubuh terhadap pengaruh
beracun dan tekanan lingkungan, sehingga metabolisme [[sel]] yang rusak
diperkuat, dan berlanjut dengan pemulihan kesehatan tubuh.
Beberapa sifat menyehatkan
dari teh kombucha ini harus didukung oleh pene- litian lebih lanjut. Namun,
mekanisme aktif lainnya telah dibuktikan melalui pengujian dan percobaan
ilmiah, seperti pada pengaturannya terhadap perkem- bangan bakteri pada alat
pencernaan, penguatan sel, detoksifikasi seperti mengurangi kelebihan keringat,
harmonisasi metabolis, efek antibiotik, dan memfasilitasi keseimbangan [[pH]]
tubuh.
Kandungan asam glukonat yang
ada pada minuman kombucha mampu mem- perkuat daya kekebalan tubuh terhadap
infeksi dari luar serta mempunyai kemampuan untuk mengikat racun dan
mengeluarkannya dari tubuh lewat urin. Kandungan antimikroba pada minuman
kombucha mampu menghambat per- tumbuhan ''Shigella sonmei'', ''E. coli'', dan
''Salmonella typhimurium''.
Selama fermentasi kultur
kombucha akan menghasilkan sejumlah alkohol, kar- bondioksida, vitamin B, vitamin
C, serta berbagai jenis asam organik yang sangat penting bagi metabolisme
manusia seperti asam asetat, asam glukonat, asam glukoronat, asam oksalat, dan
asam laktat. Komposisi larutan media (teh) mempengaruhi aroma dan rasa
kombucha. Komposisi yang dimaksud adalah gula-gula residu, karbondioksida dan
asam organik (terutama rasio antara asam asetat dengan asam glukonat). Asam
asetat yang bersifat volatil menghasilkan aroma kuat dan menusuk serta beraroma
asam, sedangkan rasa asam yang dihasilkan asam glukonat lembut.
Cara membuat kombucha
Minuman kombucha dapat dibuat sendiri
dengan biaya murah. Karena jamur senantiasa tumbuh, minuman bisa dibuat dengan
sepotong membran jamur-teh dan membiarkan ramuan sehat ini berkembang sendiri.
Pembibitannya tidak sulit jika diketahui caranya. Sejak zaman dahulu, minuman
Kombucha dipersiapkan di rumah dan dibagi-bagikan kepada sanak-saudara dan
handai-taulan sebagai tanda persahabatan serta gotong royong. Teh jamur ini
mempunyai daya hidup tinggi dan mudah berkembang biak, sehingga keberlangsung-an mengkonsumsi kambuca bisa dijamin, mana kala kita mau rajin membuat sendiri, tinggal mau atau tidak mengerjakannya.
Langkah-langkah
pembuatan kombucha adalah sebagai berikut:
Ekstraksi teh,
10-20 gr teh hijau/hitam dimasukkan ke dalam 1 liter air panas/mendidih
dalam wadah nirkarat biarkan selama 10 menit.
- Pencampuran,
ekstrak teh ditambahkan gula pasir sekitar 10% dari volume air
- Penyaringan,
dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan teh dengan air seduhan.
- seduhan.
- Pendinginan,
setelah dilakukan penyaringan dan pencampuran, seduhan teh dituangkan ke
dalam toples gelas dengan permukaan yang luas dan kemudian ditutup dengan
kain yang rapat, agar semut, lalat dan nyamuk, serta debu atau polutan
lainnya tidak bisa masuk, namun udara bisa mengalir dengan bebas. Ikat tutup
toples dengan karet, lalu didinginkan sampai suhu 27 °C. Bila teh
sudah sama dengan temperatur ruangan, masukkan kedalam toples, atau
tempat/wadah dari Stainless Steel. Untuk alasan keamanan, maka hendaknya
digunakan bahan-bahan yang ditujukan khusus untuk bahan pangan. Dalam hal
pembuatan kombucha, wadah dari gelas/kaca merupakan yang terbaik.
Metal/besi selain stainless steel tidak baik sebagai kontainer bahan
pangan karena asam (acids) yang terbentuk akan bereaksi pada metal.
Pemakaian bahan sintetis tingkat tinggi (masuk kelompok polylefine,
seperti polyethylene (PE) atau polypropylene juga diperbolehkan, akan
tetapi pemakaian tempat/wadah yang terbuat dari polyvinylchloride (PVC)
atau polystyrene harus dihindarkan.
- Inokulasi,
adalah penambahan starter (berupa lapisan selulosa yang di dalamnya
mengandung mikroba kombucha), sebelum starter digunakan biarkan terlebih
dahulu kurang lebih 30 menit berada di udara bebas.
Fermentasi,
setelah diinokulasi, toples ditutup kembali dengan kain/kertas dan
disimpan pada suhu kamar selama 8-12 hari. Fermentasi berlangsung sekitar
8 - 12 hari, tergantung suhu. Lebih hangat temperatur ruangan, lebih cepat
proses fermentasinya. Periode 8 - 12 hari diberikan hanya sebagai pedoman.
Koloni kombucha memerlukan tempat yang tenang dan hangat dan tidak boleh
digoyang dan dipindah-pindah. Temperatur teh tidak boleh berada dibawah
68 °F (20 °C) dan tidak boleh lebih dari 86 °F
(30 °C). Temperatur idealnya adalah 74 - 80 °F (23 -
27 °C). Koloni kombucha juga tidak membutuhkan sinar matahari dalam
proses fermentasinya dan koloni tersebut akan rusak bila terkena sinar
matahari. Pada saat proses fermentasi terjadi, gula akan dipecah oleh
khamir dalam starter dan akan terbentuk CO2. Cairan teh tersebut menjadi
berbuih dan rasanya akan lebih masam. Ketika tingkat keasaman pH sekitar
2,7-3,2, maka fermentasi sudah dapat dihentikan.
- Pemisahan
dan penyaringan, lapisan selulosa yang terbentuk dipisahkan dari seduhan
teh fermentasi dan disimpan dalam toples lainnya. Seduhan teh hasil
fermentasi disaring supaya bersih dari residu fermentasi. Teh kombucha
siap dikonsumsi. Sebaiknya sebelum dikonsumsi dan disimpan produk tersebut
dipanaskan dahulu, supaya tidak terjadi fermentasi lanjutan. (Cakrawala,
2007).
Setiap
kali selesai fermentasi pada saat pemisahan selalu disisakan sepersepuluh (10%)
bagian untuk keperluan pembuatan teh kombucha tea. Tutup botol secara rapat
dengan menggunakan kain.Faktor kehigienisan
Barangsiapa
menjaga jamurnya dengan aturan dengan teliti dan hati-hati, tidak akan
menjumpai kesulitan. Dalam laporan dari Rusia, diterangkan bahwa tidak perlu
dilakukan penjagaan khusus terhadap jamur ini, karena jamur ini bisa menjaga
dirinya sendiri terhadap kotoran. Jamur ini memiliki beberapa senjata guna
menjaga dirinya seperti: asam oraganik, kandungan alkohol yang rendah, dan asam kaarbonat. produk antibiotik yang akan
Proses fermentasi dimulai ketika
kultur mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2, kemudian bereaksi dengan air
membentuk asam karbonat. Glukosa berasal dari inversi sukrosa oleh khamir
menghasilkan glukosa dan fruktosa. Acetobacter sebagai bakteri utama dalam
kultur kombucha mengoksidasi etanol menjadi asetaldehid lalu kemudian menjadi
asam asetat. Aktivitas biokimia yang kedua dari bakteri Acetobacter adalah pembentukan
asam glukonat yang berasal dari oksidasi glukosa. Sukrosa dipecah menjadi
gluosa dan fruktosa oleh khamir. Pada pembuatan etanol oleh khamir dan selulosa
oleh A. xylinum, glukosa dikonversi menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat
pentosa oleh bakteri asam asetat, sebagian besar fruktosa dimetabolis menjadi
asam asetat dan sejumlah kecil asam glukonat. Bakteri asam laktat juga
menggunakan glukosa untuk mensintesis selulosa mikroba. Fruktosa masih
tertinggal sebagian dalam media fermentasi dan diubah menjadi bentuk yang lebih
sederhana oleh mikroorganisme sehingga dapat digunakan sebagai substrat
fermentasi. Kultur dalam waktu bersamaan juga menghasilkan asam-asam organik
lainnya. Bakteri A. xylinum mengubah gula menjadi selulosa yang disebut nata/pelikel
dan melayang di permukaan medium. Jika nutrisi dalam medium telah habis
dikonsumsi, kultur akan berhenti tumbuh tetapi tidak mati. Kultur akan aktif
lagi jika memperoleh nutrisi kembali. Bakteri asam asetat memanfaatkan etanol
untuk tumbuh dan memproduksi asam asetat. Adanya asam asetat menstimulasi
khamir untuk memproduksi etanol kembali. Interaksi simbiosis ini ditemukan pada
Glukonobacter dan S.cerevisiae. Konsentrasi asam asetat dalam kombucha hanya
meningkat sampai batas tertentu lalu mengalami penurunan. Hal ini terjadi
karena pemanfaatan asam asetat lebih lanjut oleh A. xylinum ketika jumlah gula
dalam media teh mulai habis. Penurunan kadar asam ini juga dikarenakan
fermentasi etanol oleh khamir juga mengalami penurunan dikarenakan pH yang sangat
rendah serta mulai habisnya gula dalam larutan.
Acetobacter juga mampu menghidrolisis
sukrosa menggunakan levansukrase menjadi glukosa dan sebuah polisakarida
fruktosa. Jenis gula (sukrosa, glukosa, fruktosa) memiliki pengaruh yang
berbeda-beda terhadap pembentukan etanol dan asam laktat, namun konsentrasi
gula secara individu hanya mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap rasa
kombucha.
Selama
proses fermentasi teh kombucha terjadi aktivitas mikroorganisme yang
berlangsung secara simultan dan sekuensial. Proses fermentasi dimulai dengan
aktivitas khamir yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dengan
bantuan enzim ekstraseluler invertase dan selanjutnya glukosa direduksi menjadi
etanol dan karbondioksida yang terbentuk bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat.
Laju
pemecahan sukrosa menjadi fruktosa lebih tinggi dibandingkan terhadap produksi
glukosa. Kedua gula ini dapat digunakan oleh A. xylinum untuk memproduksi asam
organik dan biosintesis selulosa. A. xylinum tidak aktif me-metabolisis
fruktosa seperti halnya glukosa, sehingga fruktosa terakumulasi di dalam
larutan.
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi adalah:
- Ketersediaan
nutrisi meliputi unsur C, N, P, dan K.
- pH medium
sekitar 5,5.
- Suhu fermentasi
23 - 27 °C dengan tolaransi dalam kisaran 18 - 35 °C.
- Ketersediaan
udara namun tidak dalam bentuk aerasi aktif.
- Tidak boleh ada
goncangan atau getaran.
- Tidak boleh
terkena sinar matahari secara langsung.
Lama
fermentasi akan berlangsung selama 4-14 hari. Semakin lama fermentasi maka rasa
teh kombucha akan semakin asam dan rasa manis akan semakin berkurang. Lama
fermentasi yang disarankan adalah 14 hari karena gula telah benar-benar
difermentasi dari minuman dan minuman memiliki rasa yang kuat seperti anggur.
Setelah
proses fermentasi selesai, jamur kombucha akan berubah warna menjadi
kecoklatan, dan ramuan teh manis akan mengeluarkan sedikit buih. Jika warna
jamur kombucha sudah menjadi coklat tua, dan ramuan teh manis mengeluarkan
banyak buih, sebaiknya teh kombucha tidak diminum lagi, karena dikhawatirkan
mengakibatkan efek samping.
Pada
fermentasi 10 hari, dengan kadar gula awal 8%, akan diperoleh fruktosa 25g/L,
asam glukonat 3,1 g/L, dan asam asetat 2 g/L. Jika fermentasi diperpanjang
menjadi 13 hari, maka fruktosa akan menjadi 15,03 g/L, asam glukonat 6,64 g/L
dan asam asetat 8,61 g/L.
Kultur kombucha
Kultur kombucha mengandung berbagai
macam bakteri dan khamir di antaranya Acetobacter xylinum, A. aceti, A.
pasteurianus, Gluconobacter, Brettanamyces bruxellensis, B. intermedius,
Candida fomata, Mycoderma, Mycotorula, Pichia, Saccharomyces cerevisiae,
Schizosaccharomyces, Torula, Torulaspora delbrueckii, torulopsis,
Zygosaccha-romyces bailii dan Z. rouxii.
Kultur
kombucha berbentuk seperti pankuk yang berwarna putih (pucat) dan bertekstur
kenyal seperti karet dan menyerupai gel. Kultur yang disebut pelikel ini
terbuat dari selulosa hasil metabolisme bakteri asam asetat. Kultur kombucha
dapat terletak mengapung di permukaan cairan atau kadang dijumpai tenggelam di
dalam cairan teh kombucha. Kultur kombucha mencerna gula menjadi asam-asam
organik, vitamin B dan C, serta asam amino dan enzim. Kultur ini juga berperan
sebagai mikroorganisme probiotik yang baik bagi kesehatan.
Koloni
kombucha mewakili hubungan simbiosis antara bakteri dan khamir. Acetobacter
xylinum dalam aktivitasnya menunjukkan perannya sebagai bakteri utama dalam
koloni kultur. Beberapa kombinasi bakteri-khamir dalam kombucha antara lain
Acetabacter sp. dan Pichia, Zygosaccharomyces, jumlah khamir yang terdapat di
dalam koloni sangat bervariasi, namun yang paling sering ditemukan berasal dari
genera Brettanomyces, Zygosaccharomyces dan Saccharomyces. Rendahnya laju
kontaminasi oleh mikroorganisme berbahaya (patogen dan pembusuk) menandakan
bahwa kombucha juga dapat diproduksi sendiri tanpa adanya risiko patogen bagi
kesehatan. Keasaman produk kombucha relatif tinggi, yaitu dengan total asam
sekitar 33 g/L, dan dalam jumlah ini kontaminan lain akan sulit tumbuh. Namun
apabila fermentasi berlangsung terlalu lama, maka keasaman akan meningkat
sangat jauh sehingga dapat membahayakan orang yang mengkonsumsinya.
Dengan pH
yang rendah dan kondisi lingkungan anaerob menyebabkan viabilitas khamir dan
bakteri menjadi menurun selama fermentasi berlangsung, namun masih ada beberapa
genera baik khamir maupun bakteri yang dapat tahan dalam kondisi tersebut.
Langkah-langkah
prosedural dilakukan sama seperti proses pembuatan teh kombucha, tetapi
toplesnya bisa digunakan yang lebih kecil. Lapisan selulosa yang baru terbentuk
dan seduhan teh yang sudah difermentasi dijadikan starter untuk pembuatan
minuman kombucha. Agar diperoleh kepuasan maksimal dari minuman ini, biarkan
minuman ini sekitar beberapa hari (sekurang-kurangnya 5 hari) setelah ditaruh
dalam botol. Kegiatan bakteri terhenti karena minuman yang di dalam botol tanpa
udara, sementara raginya terus bekerja. Jika botol benar-benar tertutup dengan
baik, gas yang dihasilkan oleh kegiatan ragi, tidak bisa keluar, sehingga
minuman yang berbuih halus biasa dihasilkan.
Komponen-komponen yang terbentuk selama proses fermentasi kombucha
Asam
laktat yang ada di dalam kombucha sebagian besar terdapat dalam bentuk
L(+)-laktat. Asam laktat penting bagi sistem pencernaan manusia. Asam laktat
juga digunakan sebagai indikator penyakit kanker.
Asam
asetat dapat menghambat bakteri berbahaya sehingga sering digunakan menjadi
pengawet. Asam asetat merupakan komponen yang memberi aroma dan rasa khas pada
kombucha.
Asam
malat penting dalam proses detoksifikasi tubuh.
Asam
oksalat dapat berfungsi sebagai pengawet alami dan juga mendukung sel dalam
memproduksi energi bagi tubuh.
Asam
glukonat efektif dalam infeksi yeast seperti Candida.
Asam
butirat diproduksi oleh khamir dan bekerja sama melawan infeksi khamir dengan
asam glukonat.
Meningkatkan
regenerasi sel yang baik dan sehat.
Merupakan
sekelompok asam yang berperan dalam pembentukan protein. Asam amino penting
dalam pembelahan sel dan memperbaiki jaringan yang rusak. Asam amino juga dapat
membentuk antibodi yang dapat melawan bakteri dan virus.
Enzim
adalah bagian dari protein yang bertindak sebagai biokatalis, mempercepat laju
reaksi biokimia dalam tubuh. Oleh karena itu, enzim akan meningkatkan
fungsi-fungsi kesehatan kombucha dengan tubuh.
- Kombucha juga
mengandung beberapa vitamin B dan C, serta bakteri dan khamir yang
penting.
Demikian informasi
mengenai kombuca, mudah-mudahan bermanfaat bagi para browsher kefirbekasi.blogspot.com
Disunting
oleh : Ir. Agus Hermawan Apandi (Abah)
Referensi
Pranala luar
Anda
warga Bekasi atau Jawa Barat dan sekitarnya, jika tertarik dan berminat
mengetahui dan memesan mengenai “Kefir/Kefir
Susu Sapi“
Informasi
Lengkap, bisa menghubungi
Ir. Agus Hermawan Apandi (Abah)
Hp. 081383900546, PIN BB 523ED091 atau
e-mail keagus.hermapandi@gmail.com